Warta DKI
FituredKomunitas

NU Depok: Tadarus Budaya Ramadhan Pendekatan Dialog Budaya Memperkuat Persatuan

NU Depok Tadarus Budaya Ramadhan Pendekatan Dialog Budaya Memperkuat Persatuan

Wartadki.com|Depok, — Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Depok menyemarakkan bulan suci Ramadhan denganĀ  Tadarus Budaya Ramadhan dengan dialog budaya oleh Dekan FIB Dr. Bondan Kanumoyoso, Budayawan Abdullah Wong dengan penampilan Perkusi dari Lesbumi Depok. Dilanjutkan dengan Istighotsah dan Konser oleh Ki Ageng Ganjur.

“Melalui dialog budaya ini kita mengasah rasa dan kepekaan dalam kehidupan berbangsa dan kenegaraan. Melalui penguatan tradisi dan penguatan budaya, diantara seni musik religi, sholawat dan lainnya,”ujar Ketua PCNU Kota Depok KH. Achmad Solechan, M. Si seusai acara di lantai II Kantor PCNU Kota Depok, Kalimulya, Cilodong.

Kiyai Alex biasa disapa ini mengungkapkan dalam dialog budaya mengedepankan aspek dan nilai-nilai kultur budaya. Sehingga, diharapkan bangsa ini akan selamat dan terhindar dari godaan ekstrimisme, mau menang sendiri, tidak toleran, dan seterusnya.

“Dengan budaya itu bisa diterima oleh semua kalangan tanpa adanya sekat. Yang mampu berdiri diatas suku, etnis, kelompok, golongan dan itu bisa berbaur bersama dengan budaya. Sangat sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia yang beragam dan berpegang teguh pada pada bhineka Tunggal Ika,”terangnya.

Wakil Ketua Lesbumi PBNU Dr. Ngatawi Al-Zastrouw mengungkapkan perlunya dialog budaya dalam upaya merajut kembali kebersamaan dan persatuan. Terlebih lagi, bangsa Indonesia baru saja menyelenggarakan hajat besar yaitu pesta demokrasi.

“Mari kita rajut kembali persatuan dan kesatuan bangsa. Perbedaan itu adalah hal biasa dan rahmat dari Allah SWT. Mari kita kembali kerja seperti semula di tempat masing-masing,”jelas pimpinan Ki Ageng Ganjur ini.

Hal senada diungkapkan Budayawan KH. Abdullah Wong menjawab pertanyaan peserta tentang adanya orang mempersoalkan washilah (perantara) dalam berdoa dengan nabi atau orang alim seperti Syekh Abdul Kodir Jaelani. Menurutnya, tidak hanya manusia saja yang membutuhkan washilah. Bahkan, lanjutnya, ketika Al-Qur’an turunkan kepada Nabi Muhammad SAW juga tidak secara langsung tetapi juga melalui perantara atau washilah. “Bahasa adalah budaya. Bahkan, dalam teks ayat kita lihat ada kata ilahi, robbana yang kata tersebut adalah budaya,”terangnya.

Dekan FIB UI Dr. Bondan Kanumoyoso mengungkapkan bahwa washilah dalam akademisi dikenal dengan referensi. Perlu diingat, bahwa warisan yang ditinggalkan para Ulama dan orang tua terdahulu adalah toleransi seperti pada agama lainnya.

“Peradaban yang dikembangkan oleh Nahdlatul Ulama itu adalah nilai-nilai toleransi yang telah berkembang di masyarakat,”terangnya.

Related posts

Pahrur Dalimunthe, Pengacara Dari Indonesia yang Menyusun The Global Organized Crime Index 2021

Redaksi

Pertamina Tanam Pohon Dalam Rangka Hari Menanam Pohon Nasional

Redaksi

MUKISI Jaya Diharapkan menjadi Pioneer Pelayanan Kesehatan Syariah

Redaksi

Lebaran Anak Yatim Yayasan Nurul Qur’an Berbagi Kebahagiaan

Redaksi Wartadki

Mobil Menghalangi Akses Masuk SMPN 1 CibinongĀ DievakuasiĀ 

Redaksi

Tuntaskan Safari Ramadhan NU Depok Perkuat Tradisi Amaliyah Aswaja

Redaksi

Leave a Comment