Warta DKI
FituredOpini

162 Satuan Tempur Baru,  Dari Batujajar ke Sudut Politik Ibu Kota  

Presiden Prabowo_gelar pasukan di batujajar-1050

162 Satuan Tempur Baru, Dari Batujajar ke Sudut Politik Ibu Kota

Saskia Ubaidi ( Pustaka Aristoteles)

Pagi di Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, terasa seperti pesta besar. Presiden Prabowo Subianto berdiri di podium, menyaksikan parade kebanggaan nasional, 162 satuan tempur baru TNI resmi dikukuhkan. Mulai dari Kodam, Lanal, Koopsau, brigade, batalion, sampai unit-unit elit seperti Kopassus, Marinir, dan Kopasgat semuanya masuk daftar “baru lahir” di bawah komando negara.

Di atas kertas, ini adalah transformasi struktural besar-besaran. Bahasa resminya, memperkuat komando regional, meningkatkan kemampuan operasional khusus, dan mempererat kolaborasi sipil-militer dalam pembangunan. Bahasa politiknya, sinyal ke dunia bahwa Indonesia siap menghadapi dinamika geopolitik, tapi juga sinyal ke dalam negeri bahwa mesin pertahanan ini tak hanya bekerja di medan tempur, melainkan juga di panggung pembangunan.

Namun, di Jakarta, kabar ini dibaca dengan kacamata berbeda. “Tambah Kodam seperti tambah kelurahan, ya?” celetuk seorang pengamat di Cikini sambil menyesap kopi. Unit-unit baru ini ibarat jaringan minimarket yang tumbuh di setiap sudut strategis, siap melayani, siap merespons, dan tentu saja, siap hadir di setiap acara peresmian.

Unit teritorial pembangunan bahkan terdengar seperti divisi proyek infrastruktur versi militer. Di satu sisi, ini bisa jadi solusi untuk mempercepat pembangunan di daerah. Di sisi lain, ada yang bertanya pelan, apakah ini bentuk baru dari soft power di dalam negeri? Apakah ini sekadar memperluas pengaruh atau memang mempertebal pertahanan?

DPR menyambut langkah ini dengan pujian. Dukungan yang disampaikan terdengar resmi, namun publik Jakarta mafhum bahwa setiap perluasan struktur berarti perluasan anggaran. Dalam politik, jarang ada kebijakan yang murni tanpa motif, apalagi ketika menyangkut sumber daya sebesar militer.

Batujajar mungkin jauh dari ibu kota, tapi resonansi pelantikannya merambat ke ruang-ruang rapat kementerian, ruang redaksi media, hingga meja-meja kecil di warung kopi pinggir Kali Ciliwung.

Di mata sebagian orang, ini adalah bab baru pertahanan negara; di mata yang lain, ini adalah bab baru hubungan erat antara seragam loreng, kepentingan politik, dan proyek pembangunan.

Yang jelas, setiap “satuan baru” bukan hanya soal jumlah pasukan, tapi juga tentang peta baru pengaruh. Dari parade di Batujajar hingga manuver di balik pintu kantor Sudirman, cerita ini masih panjang. Dan seperti banyak kisah politik di negeri ini, kita tahu, bab selanjutnya hampir pasti sudah disiapkan, tapi belum tentu untuk dibaca semua orang.

 

Related posts

Kuasa Hukum Desak Majelis Hakim Terbitkan Penetapan Penahanan Dugaan Memberikan Keterangan Palsu di Persidangan

Redaksi

Wakil Ketua DPRD Kota Depok Yuni Indriany: Penetapan Walikota Depok Terpilih Supian Suri-Chandra Rahmansya Tidak Bisa Ditunda-tunda

Redaksi

Warga Kapuk Muara Diserang Kelompok Bawa Sajam Hingga Diteror Akun Gangster

Redaksi

Perlunya Penguatan Notaris Dalam Kompetensi Akad Perbankan Syariah

Redaksi

UNICEF Menobatkan Chintya Maulini Sebagai Duta Kesehatan Asia Pasifik

Redaksi

PC Fatayat NU Depok Kembali Terima Hibah Sripek  Baznas 

Redaksi

Leave a Comment