Warta DKI
Ragam

Ulus Pemasok Toko Tani Indonesia Raih Penghargaan Organisasi Pangan Dunia (FAO)

Ada berita yang mengembirakan pada peringatan Hari Pangan Sedunia di Bangkok, Thailand, tanggal 16 Oktober 2017 yang lalu, keberhasilan  Ulus Pirmawan (43 tahun) Gabungan Kelompok tani (Gapoktan) Wargi Pangupay yang berlokasi Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, mewakili Indonesia, berhasil meraih penghargaan sebagai petani teladan dari FAO. Penghargaan ini juga diberikan kepada empat petani teladan lainnya di kawasan Asia, yakni dari Srilanka, Jepang, Nepal, dan Thailand.
Bukan tanpa alasan pria kelahiran Bandung, 16 Februari 1974 itu dipilih. Ulus dianggap berhasil menciptakan kemandirian dalam pertanian, dari sektor hulu sampai hilir, termasuk mengangkat nasib petani disekitarnya. Menurut Communication Specialist FAO Indonesia Siska Widyawati mengatakan, FAO setidaknya memiliki beberapa kriteria dalam penilaian, diantaranya peningkatan produksi, penambahan penghasilan petani, dan peningkatan nutrisi, dan upaya membantu pemerintah dalam mengendalikan harga pangan.
Dengan kepionirannya memangkas rantai pasok dalam mengatasi fluktuasi harga cabai merah dan bawang merah dalam kegiatan Toko Tani Indonesia, dan bersama pemerintah daerah mencari pasar, mendata hasil panen, hingga menjamin harga adil bagi petani, membawa dirinya sebagai salah satu model farmer atau petani teladan yang diberikan oleh organisasi pangan dunia (FAO).
Keprihatinan Terhadap Hasil Panen dan Pemasaran Tidak Stabil
Berawal dari pengepul hasil panen orang tuanya sendiri, dimana sosok Ulus Pirmawan masih berusia 17 tahun melihat banyak petani di sekitar merasa kesulitan dalam memperoleh hasil panen yang stabil dan pemasaran yang pasti. Dari kondisi tersebut, Ulus Pirmawan yang biasa dipanggil Ulus, merasa tertantang untuk terjun langsung menjadi petani. Banyak kendala dan kegagalan dialami sebagai petani yang diawali dengan berbudidaya buncis, bawang merah, dan cabai merah. Mulai dari tanaman yang kurang dari harapan karena minim pemupukan hingga terkena hama penyakit tanaman.
Namun, dengan keuletan dan ketekunan petani yang hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar, kesuksesan pun diraih yang kemudian diikuti petani sekitar. Dengan kepioniran Ulus tersebut kemudian petani berinisiatif membentuk Gabungan Kelompok tani (Gapoktan) Wargi Pangupay yang berlokasi Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Melalui gapoktan ini petani sekitar, banyak bergabung dan belajar kepada Ulus. Misalnya, Ucun Suntana, (40) warga Kampung Gandong, di Lembang mengungkapkan. “Saya banyak belajar dari Pak Ulus mulai memilih benih, menanam hingga bagaimana setelah panen. Beliau banyak membagi ilmu buat kami,” ungkap Ucun yang sebelumnya sebagai buruh, kini mengolah kebun warisan orang tuanya.
Bergabung Dengan Toko Tani Indonesia Menghasilkan Omset Rp 11 Juta per hari
Tantangan lain yang dihadapi Ulus sebagai petani ketika itu adalah banyaknya tengkulak di wilayahnya yang memberikan harga kurang menggiurkan namun petani tidak memiliki akses pasar, sehingga banyak petani tergantung kepada tengkulak. Kehadiran Toko Tani Indonesia (TTI) yang digulirkan Kementerian Pertanian sejak Tahun 2016 dengan tujuan utama menstabilkan harga pangan dengan cara memangkas rantai pasok pangan yang semula melibatkan hingga 6-7 pelaku rantai pasok menjadi 3 pelaku rantai pasok yaitu petani, Gapoktan, dan TTI menarik perhatian Ulus selaku ketua Gapoktan Wargi Pangupay untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, karena seirama dengan tujuan pribadi dan Gapoktan untuk memperoleh jaminan pasar, stabilitas harga, dan meminimalisir tengkulak.
Tercatat, pasokan cabai merah Gapoktan Wargi Pangupay ke Toko Tani Indonesia Center (TTIC) menghasilkan omset Rp 11 juta/hari. Selain cabai merah, produk pertanian binaan Ulus juga menghasilkan baby buncis, tomat, kol, brokoli, sawo, dan terong yang didistribusikan ke wilayah Bandung dan Jabodetabek.
Mencetak Petani Sejahtera
Keinginan Ulus mencetak sebanyak mungkin petani yang sejahtera dengan cara mengajarkan teknik bertani yang baik dan cara bangkit dari kegagalan, membuat sosok yang pernah diganjar Anugerah Produk Pertanian Berdaya Saing tahun 2014 tersebut menjadi pembicaraan banyak pihak, tak hanya petani tetapi berbagai kalangan dan para akademisi pertanian. Tak jarang, Ulus diminta berbicara di berbagai forum di dalam dan luar negeri. Banyak para mahasisiswa dan dosen serta peneliti yang terinspirasi dan belajar kepadanya.
Kerja keras dan penghargaan yang diperoleh Ulus, setidaknya bisa menjawab tema HPS 2017 di Indonesia yaitu: “Menggerakkan Generasi Muda dalam Membangun Pertanian Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia”. Semoga masih banyak Ulus-Ulus lain di penjuru nusantara yang akan mewujudkan mimpi Indonesia menjadi Lumbung Pangan Dunia.
 

Related posts

Partai Republik Lengkapi Berkas Untuk Verifikasi di KPU Pusat

Redaksi

Pengembangan Wirausaha Terpadu di Kota Depok

Redaksi Wartadki

Rampok Gasak Brankas dan Aniaya Petugas Jaga Disbudpar Kabupaten Bogor

Redaksi

Musrembang Tingkat Kota Jakpus Masih Prioritaskan Pembangunan Infrastruktur

Redaksi

Pedagang Pasar Cisalak Depok Berharap Perbaikan Pasar Pada Cagub Deddy Mizwar

Redaksi

Oknum Wartawan Peras Dokter Klinik di Gelandang Ke Mapolres Bogor

Redaksi

Leave a Comment