Wartadki.com|Sukaraja, – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor berkolaborasi dengan USAID perkuat preventif pencegahan penularan Tuberkulosis melalui Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) kepada seluruh masyarakat Kabupaten Bogor, untuk mewujudkan Kabupaten Bogor bebas Tuberkulosis pada tahun 2030.
Komitmen tersebut dilakukan melalui kegiatan lokakarya dan koordinasi kegiatan USAID Prevent TB untuk peningkatan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) di Novotel Sukaraja, Selasa (12/9/23).
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Bogor, Adang Mulyana, menjelaskan bahwa, Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) merupakan salah satu upaya dalam mencegah penularan TBC kepada masyarakat di pasien lingkungan positif TBC. Sehingga bisa terdeteksi sedini mungkin agar penularan bisa dicegah dengan optimal.
“Dengan kolaborasi ini diharapkan dapat memperkuat komitmen seluruh perangkat daerah (PD) terkait untuk bersama-sama melakukan intervensi TB terutama dalam mengedukasi masyarakat pentingnya TPT dalam mencegah penularan TB,” jelas Adang
Lanjut Adang menjelaskan, kehadiran USAID menjadi sarana untuk mengefektifkan kembali peran tim satgas TB di Kabupaten Bogor mulai tingkat Kabupaten Bogor, kecamatan, desa/kelurahan, RT dan RW, untuk meningkatkan kesadaran dalam melakukan TPT TB.
“Agar masyarakat teredukasi dan menumbuhkan kesadaran yang baik untuk melakukan TPT TB, ketika capaian TPT TB nya tinggi tentunya akan mendorong terwujudnya Kabupaten Bogor bebas TB pada tahun 2030,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Programmer TB Dinas Kesehatan Provinsi Jabar, Haryah mengatakan, TB penyakit yang bisa disembuhkan melalui pengobatan juga bisa dicegah melalui Terapi Pengobatan Tuberkulosis (TPT) dengan obat tertentu yang sudah di resimen tentunya sebagai upaya eliminasi TB di Indonesia pada 2030 nanti.
Menurutnya, ada tiga intervensi TB yang akan dicapai, pertama adalah penemuan kasus harus mencapai 90%, success rate atau keberhasilan pengobatan harus mencapai 80-90%, dan pemberian TPT TB. Bahkan Terapi Pencegahan Tuberkulosis ini salah satu strategi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI yang sedang gencar dilakukan.
“Pemberitan TPT ini sangat penting dilakukan dan diikuti oleh masyarakat terutama bagi mereka yang kontak erat dengan pasien positif TB untuk menurunkan angka insiden kasus,” beber Haryah.
Ia menyatakan bahwa hasil screening banyak masyarakat yang kontak erat atau serumah dengan penderita TB sudah terpapar mikobakterium meskipun tidak sakit atau menunjukan gejala.
“Pemberian TPT justru menyasar kepada mereka yang tidak sakit namun sudah terpapar oleh mikobakterium TB, agar bisa dicegah. Jika dibiarkan lambat laun mereka akan positif TB ketika imun tubuh menurun, tentu akan membahayakan kesehatan,” terangnya.
Kemudian Petugas Medis TB, Puskesmas Cirimekar, Lusi menuturkan, mekanisme TPT yang dilakukan pertama melalui screening kepada keluarga pasien yang kontak langsung dengan pasien positif TB. Ada dua metode yang dilakukan, pertama pemberian TPT langsung bagi balita, sementara untuk usia diatas lima tahun hingga orang dewasa dilakukan screening melalui Tes Cepat Monokuler (TCM) atau tes dahak dan tes mantuk.
Untuk balita TPT-nya diminum setiap hari selama 6 bulan dosis disesuaikan dengan berat badan (BB), sementara untuk pasien di atas lima tahun atau dewasa TPT-nya diminum seminggu sekali selama tiga bulan atau 12 kali minum sebanyak tiga tablet dengan BB 30 kg ,” imbuh Lusi.