Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta seluruh elemen bangsa untuk menghentikan perbuatan saling menghujat, saling menjelekkan, saling memfitnah, saling menolak, dan saling mendemo.
Ia mengingatkan, pentingnya semua elemen bangsa menjaga persatuan, karena kita semua bersaudara.
Saat memberikan pengarahan pada pembukaan Kongres XIX Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Masjid Agung Darussalam Palu, Selasa (16/5), Presiden Jokowi mengaku sedih melihat setiap hari ratusan orang berdemo, ribuan, bahkan ratusan ribu
“Energi kita habis hanya untuk itu, belum lagi antarkita yang saling menghujat, menjelekkan, menfitnah, menolak,†kata Presiden.
Presiden mengingatkan, bahwa kita ini bersaudara. Karena itu, Presiden meminta agar semua elemen bangsa jangan saling menjelekkan dan menfitnah. “Kita ini saudara, baik sesama Muslim, baik sebagai saudara sebangsa dan setanah air, ini betul-betul tidak produktif, habis energi untuk urus hal-hal seperti itu,†ujarnya.
Untuk para elit, Presiden Jokowi meminta agar memberikan contoh dan tauladan dengan kata-kata dan kalimat-kalimat yang baik dan santuan, karena itulah karakter bangsa kita. “Jangan kehilangan jati diri dan karakter kita karena bangsa kita dikenal sebagai bangsa yang ramah, santun, dan sopan,†pintanya.
Ditegaskan Presiden, bahwa kita memang berbeda dan beraneka ragam. Tapi inilah kekuatan kita. Ia mengingatkan, bahwa bangsa ini besar, ada 17.000 pulau, 500 lebih kabupaten kota, 33 provinsi, 714 suku, 1.100 bahasa lokal.
“Bangsa mana seberagam itu. Ini takdir Allah yang diberikan untuk dirawat dan dijaga,†tutur Presiden.
Kepada para kader PMII, Presiden Joko Widodo berpesan agar jangan hanya bermimpi untuk menjadi politisi, tetapi bermimpilah jadi wiraswasta, karena baru 1,6 persen entrepreneur di negara ini, yang normalnya di atas 5 persen.
“Jadilah pengusaha dengan gagasan-gagasan yang besar, jadilah developer software, aplikasi, animasi, games-games. Anak-anak muda bertarungnya di situ, karena pasar nanti bukan di pasar nyata lagi tapi di e-commerce, online store, dan negara-negara tetangga kita semua sudah lewati itu, kita masih tertinggal,†pesan Presiden.
Pembukaan Kongres XIX PMII yang dihadiri 6.000 peserta itu dihadiri antara lain oleh Menko PMK Puan Maharani, Menristek Dikti M. Nasir, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dan Gubernur Sulteng Longki Djanggola (setkab)