Warta DKI
Music

Mengapa Buku Masih Dianggap Sebagai ‘Sumber Ilmu’ dan Bukan Film?

Oleh Ir.Henny Ho,MSc. (Praktisi dan Pemerhati Pendidikan)
Dalam era informasi ini, kita bisa nonton film apapun kapanpun kita mau. Dengan kemajuan teknologi, saat ini sangat praktis untuk mendownload film-film favorite kita ke dalam gadget kita. Ipads, tablets, laptops, smartphones dapat digunakan untuk nonton film apapun yang kita mau dimanapun kapanpun. Semuanya cuma perlu ‘satu klik’. Bukankah ini menakjubkan? Ya dan tidak.
Hati-hati dan jangan lupa kalau anak-anak kita masih memerlukan buku. Sebagai orang tua dan guru, kita harus mendorong anak-anak kita untuk membaca buku. Buku-buku dapat menstimulasi proses mereka berpikir. Saya tidak mengatakan kalau semua film itu tidak baik. Ada banyak film bagus yang pantas untuk ditonton. Ada banyak juga ‘educational movies’ yang baik untuk anak-anak. Saya suka ke bioskop dan nonton berbagai tipe film. Bagaimana dengan buku? Ada buku-buku yang bagus dan mendidik dan ada juga buku-buku yang tidak baik dan tidak mendidik. Tapi sampai saat ini, buku masih dianggap sebagai ‘Sumber Ilmu’ dan bukan film. Mengapa?
Ini pertanyaan yang sangat menggelitik. Mari kita bandingkan dua kegiatan ini….membaca buku dan menonton film. Ketika kita nonton sebuah film dan kita tertidur di tengah-tengah film, apa yang akan terjadi dengan film tersebut? Film akan lanjut berjalan dengan sendirinya. Mungkin kita akan terbangun pada akhir film dan kita akan berkata kepada teman-teman kita kalau kita baru saja menonton film tersebut. Sekarang bayangkan kita membaca sebuah buku. Jika kita juga tertidur di tengah-tengah, apa yang akan terjadi dengan buku ini? Dapatkah semua kata-kata di buku tersebut mengalir dengan sendirinya ke dalam otak kita? Tentu saja tidak.
Jelas sekarang bahwa kita perlu lebih memberikan usaha ketika ‘membaca buku’ daripada ‘menonton film’. Kita harus fokus dan memberi perhatian dan konsentrasi lebih untuk buku daripada film. Akan sangat sulit untuk melakukan kegiatan lain ketika kita membaca buku. Jauh lebih mudah untuk melakukan beberapa kegiatan sekaligus ketika kita menonton film.
Buku lebih menstimulasi proses kita berpikir daripada film. Itulah mengapa buku masih dianggap sebagai “Sumber Ilmu’ sampai sekarang dan bukan film. Kita tidak perlu mendorong anak-anak kita untuk menonton film. Mereka akan dengan sendirinya menonton tanpa siapapun yang meminta. Malah sering-sering kita yang harus mengurangi jam nonton mereka. Kita harus mendorong dan mendorong anak-anak kita untuk membaca buku.
Jika anak-anak kita terbiasa membaca buku, mereka akan terlatih untuk selalu BERPIKIR untuk hal apapun. Setelah itu mereka akan sanggup untuk membedakan buku-buku baik dari buku-buku yang tidak baik. Buku juga akan mempertajam ‘analytical process‘ mereka.
Sebagai orang tua dan guru, kita harus memberikan contoh yang baik ke anak-anak kita dalam hal kebiasaan membaca ini. Jika kita ingin anak-anak kita menggemari buku, kita harus mulai dengan diri kita sendiri. Ketika seseorang berkata dia tidak suka membaca, sebenarnya itu cuma alasan dari kemalasan.
Kita bisa memulai dengan cerita-cerita fairy tales, fabels atau buku-buku simpel lainnya. Bacalah buku-buku ini bersama dengan anak kita. Saya percaya kita semua menginginkan hal terbaik untuk anak-anak kita. Kita bisa memulainya dengan kebiasaan kecil membaca ini. Semoga tulisan sederhana ini bisa menambah wawasan kita….selamat membaca.
 
 
 
 
 
 

Related posts

Warga Binaan Tindak Pidana Khusus Bernafas Lega

Redaksi Wartadki

Anggota Polsek Beji, Depok Bikin Lagu Tentang Corona

Redaksi Wartadki

Malas Sarapan ? Yakin Deh Anda Tidak Akan Pernah Mau Melewatkannya Lagi

Abdullah syafii

Leave a Comment