Depok- Rangkaian kunjungan Raja Salman dari Arab Saudi menjadi sorotan publik. Terlebih lagi, kedatangan raja berpenduduk muslim sebagai kunjungan kenegaraan setelah 47 tahun lalu di Indonesia. Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif International Conference of Islamic Scholars (ICIS) Arif Zamhari menilai sebagai langkah positif.
Ia menilai, jika kedatangan Saudi dengan membawa investasi, maka langkah ini juga utk memberikan sinyal kuat bagi negara-negara lain. Yaitu: betapa Indonesia dapat menjalin aliansi strategis di luar aliansi ekonomi yang ada selama ini seperti dengn Negara Barat dan Asia Timur. “Ini sangat bagus untuj menaikkan leverage dan daya tawar ekonomi Indonesia dengan negara-negara lain,”paparnya.
Dirinya menilai, bagi Dunia Islam hubungan Saudi dengan Negara Islam terbesar di dunia, Indonesia harus mampu memecah kebuntuan dualisme Islam ke dalam kutub Sunni Syiah. Dia berharap Indonesia yang mayoritas umat Islam-nya moderat dapat mempengaruhi Saudi dalam membangun peradaban dunia yang moderat. “Saudi tidak bisa memaksakan keyakinan keberagamaan mereka ke negara Muslim seperti Indonesia jika ingin membangun peradaban dunia yang damai dan jauh dari konflik konflik sekteraian. Hal yang sama juga berlaku bagi negara lain seperti Iran,”terangnya.
Dikatakannya, secara umum dalam perspektif Arab Saudi, kedatangan raja Salman menjadi bukti bahwa posisi Indonesia sangat sentral bagi aliansi strategis. Salah satunya, untuk memperkuat posisi Saudi di wilayah teluk di tengah rivalitas dengan Iran. “Kalau hubungan Indonesia dan Saudi untuk membuat poros kekuatan, saya kira terlalu jauh. Apalagi sampai penciptaan aliansi kekuatan baru dalam militer,”tandasnya.
Delegasi pimpinan Raja Salman saat ini menambah jadwal hari berlibur di pulau Dewata, Bali. (Aan)
previous post