Wartadki.com|Bogor, — Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit menular yang perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak. Kabupaten Bogor disebut sebagai darurat TB, yang perlu mendapatkan perhatian serius. Hal itu diungkapkan Ketua Yayasan PENA Foundation Sandi Hanafia.
“Kabupaten Bogor darurat TB perlu mendapatkan perhatian dan dukungan dari semua pihak. Tidak hanya Pemerintah saja, tapi juga stakeholder ikut aktif dalam menekan angka TB,”ujarnya seusai acara Kongkow Bareng Ngubek Kabupaten Bogor Pikuen Bebas TBC #Bogor Edun Pisan (BEP), Tajur Halang, Bogor.
Sandi menjelaskan dalam acara tersebut sengaja mengundang komunitas, aktifis kader PKK, ormas (Ansor dan PP). Menurutnya, fakta di lapangan bahwa TB belum menjadi skala prioritas. Dirinya menilai belum aktifnya penanganan TB di Kabupaten Bogor disebabkan karena tenaga medis kurang, alat pendukung belum merata, sosialisasi belum maksimal dll.
“Kita berharap dengan pertemuan sore ini kita ikut serta dukung Pemerintah dalam mencapai targetnya yaitu tahun 2030 Kabupaten Bogor bebas TBC. Kita prihatin, seperti salah satu contoh puskesmas yang jauh melebihi target. Artinya penyakit TBC sangat masif,” kata Koordinator Komunitas #BEP ini.
Dirinya berharap tidak hanya Pemerintah saja yang berperan aktif, namun juga peran aktif dari masyarakat. Untuk itu, lanjutnya, butuh bantuan dari semua pihak.
“Untuk Pemerintah Kabupaten Bogor jangan pernah ragu dalam menggelontorkan anggaran TB. Apalagi, kalau bisa seperti penanganan Covid-19 yang anggarannya dari atas sampai level bawah. Bahkan, kalau keberatan dalam anggaran kita juga bisa mencari solusinya seperti melalui bantuan CSR,” katanya.
Narasumber diskusi NS. Maya Kartika, S. Kep juga sekakigusPenanggung jawab TB Puskesmas Kecamatan Ciseeng. Dalam kesempatan tersebut dirinya menyampaikan materi tentang sosialisasi dalam menanggulangi TBC, gejala dan mata rantainya.
“Harapannya dari pertemuan tersebut tidak hanya sekali saja. Namun, bisa terus berkesinambungan seperti mengundang Narsum spesialis TB, relawan, komunitas, RT, RW dan lainnya,” jelasnya.
Maya mengatakan, di Puskesmas Ciseeng tahun 2023 dengan 197 target penderita yang diobati ternyata melebihi target sebanyak 217 orang. Terduga atau suspek (belum tentu) sebanyak 1031 orang dan 1440 terduga.
“Untuk itu, jangan malu periksa diri ke Puskesmas. Kita meminta masyarakat agar lebih perhatian pada diri sendiri dan menjalankan pola hidup sehat,” terangnya.
Dikatakannya, jumlah penderita TB diperoleh dari pemeriksaan di Puskesmas. Sementara, kendala di lapangan salah satunya susah mendapatkan data dari klinik swasta.
“Susah mendapatkan data TB dari klinik swasta meskipun kita sudah minta. Kalau ada data itu maka bisa diketahui jumlahnya bisa lebih,” katanya.
Sebagaimana diketahui Indonesia mengalami peningkatan kasus TBC pada tahun 2021, dan berada di peringkat kedua kasus penyakit TBC terbanyak di dunia setelah India. Setiap tahunnya terdapat 845.000 kasus TBC di Indonesia. Khusus di Jawa Barat, Kabupaten Bogor tercatat sebagai penyumbang kasus TBC terbanyak. Kemenkes RI menyebutkan ada 15.074 orang yang terpapar TBC per 2021. Dari jumlah tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menyatakan baru menemukan sekitar 80 persen.
Sayangnya, informasi publik tentang penanganan TB dan data penderita di Kabupaten Bogor yang terbaru belum ada informasi lanjutan.