Depok – Kita saat ini hidup dalam satu era masyarakat pasca kapitalis yang menuju ke masyarakat berpengetahuan. Menurut ahli manajemen dari Amerika Peter F Drucker dalam bukunya masyarakat pasca kapitalis mengemukan bahwa Pengetahuan adalah satu-satunya sumberdaya yang berarti dewasa ini. “faktor produksi†tradisional-tanah(yaitu segala sumber daya alami), tenaga kerja dan modal (kapital)tidak menghilang, namun peranannya menjadi sekunder. Pengetahuan sebagai alat untuk mendapatkan jawaban atas masalah-masalah sosial dan ekonomi.
Pengetahuan tidaklah murah harganya. Semua kota-kota besar di Negara maju mengeluarkan kira-kira  seperlima dari PNB-nya untuk produksi dan distribusi pengetahuan. Pendidikan formal, pendidikan sekolah anak-anak muda sebelum mereka memasuki angkatan kerja. Pembentukan pengetahuan dengan demikian sudah merupakan investasi terbesar disetiap kota maju. Tentu saja  hasil yang didapat, produktivitas  pengetahuan tersebut  semakin menentukan keberhasilan ekonomi dan sosialnya.
Bagaimana Pembangunan Sumberdaya Manusia  di Kota Depok
Bagaimana dengan Kota Depok menghadapi perubahan mendasar dan mengantisipasinya, ini pertanyaan yang mengemuka saat ini.
Menurut Wakil Ketua DPRD Kota Depok Igu Sumarno, sejak dilantik pada 17 Februari 2016  sebagai Walikota Kota Depok , Idris Abdul Shomad, dengan selogan motto: unggul nyaman  dan religius, yang membuat masyarakat mengawali mimpi-mimpi indah bahwa Kota Depok yakin akan lebih maju, akan tetapi setelah sekian lama menunggu ternyata apa yang selama ini menjadi harapan justru yang dirasakan jauh api dari panggang, kita miris melihat program-program Kota Depok yang begitu monoton. Sektor Pendidikan yang masih perlu perhatian lebih, salah satunya adalah semerawutnya dunia pendidikan dan pembangunan yang selalu mengarah ke fisik, sementara SDM kurang tersentuh.
Igun Sumarno, yang juga dikenal sebagai Ketua DPD PAN Kota Depok ini, mengingatkan bahwa contoh kasus yang pernah terjadi di Kota Depok. “Masih segar dalam ingatan kita kisah Ironi ada sekolah Negeri MTsN yang siswa-siswinya harus belajar beralaskan lantai karena tidak adanya meja dan kursi. Begitu juga dengan masih semerawutnya para siswa-siswi bahkan orang tua SMKN yang dibuka akan tetapi tidak dilengkapi dengan sarana prasarana”ungkapnya.
Pada Aspek lain, Igun juga menyoroti bahwa Pemerintah Kota harus memperhatikan serius masalah pelatihan dan peningkatan kualitas mutu dari Sumberdaya Manusia yang terasa  kurang diperhatikan, dan pada saat penempatan ASN juga akhirnya kurang melihat profesionalitasnya, lebih karena suka atau tidak suka pada saat penempatan ASN, tanpa kajian dan tidak sesuai dengan keahlian.