Depok – Meski memiliki anggaran dan sumber daya alam yang terbatas, namun hal itu bukan kendala dan tidak menyurutkan tekad Pemerintah Kota Depok untuk melakukan berbagai inovasi terutama di bidang pangan. Hal tersebut dibuktikan dengan diterimanya penghargaan Government Award 2017 untuk kategori Ketahanan Pangan yang di berikan oleh Sindo Weekly Government Award di Hotel Borobudur baru-baru ini.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKPPP) Nunu Heriyana mengatakan bahwa tidak menyangka sebelumnya kalau Pemerintah Kota terpilih untuk menerima penghargaan bergengsi tersebut, mengingat wilayah Kota Depok bukan sebagai daerah pertanian.
“Ini mengejutkan karena memang kami tidak mengetahui secara khusus tentang penilaian ini, namun rupanya tim penilai Sindonews memiliki kriteria tersendiri dan menganggap Kota Depok layak untuk menerima penghargaan sebagai Kota yang peduli akan ketahanan pangan,” jelasnya saat memberikan keterangan kepada awak media Wartadki.com di ruang kerjanya, Kamis (06/04).
Menurut Nunu, jumlah penduduk kota Depok setiap tahunnya mengalami pertumbuhan yang pesat dan tentu membutuhkan tempat pemukiman yang cukup. Untuk itu banyak lahan-lahan yang ada kemudian dijadikan perumahan. Namun demikian tidak menjadi alasan untuk terus melakukan inovasi di bidang pangan.
“Kita saat ini sedang mengembangkan dari pertanian konvensional ke pertanian perkotaan yang berbasis teknologi berdasarkan sumber daya lokalnya. Hal ini yang terus kita lakukan dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat dimana kita juga bekerja sama juga dengan balai pengkajian teknologi pertanian, yang memang mengurusi pertanian perkotaan,” ujarnya.
Lebih lanjut Nunu juga menjelaskan, bahwa tidak hanya teknologinya saja yang dikenalkan kepada masyarakat tetapi para petaninya pun mendapatkan pelatihan langsung.
“Tahun 2016 kita mengirimkan 100 orang petani untuk mengikuti pelatihan sistem intregasi tanaman dan ternak karena kan kita prinsipnya zero waste dimana kotoran ternaknya untuk pupuk dan sisa-sisa tanamannya untuk pakan ternak . Jadi dari sana kita terus kenalkan kepada para petani teknologinya,” paparnya.
Dikatakannya bahwa untuk di wilayah Kota Depok sendiri ada beberapa tempat yang memang dijadikan lahan percontohan untuk mengembangkan teknologi ini diantaranya di wilayah Ratu Jaya, Sawangan dan Tapos.
“Di Ratu Jaya kita buat percontohan sayuran dan kelinci, di Sawangan berupa integrasi sayuran dan ikan. Percontohan ini kita lakukan karena tidak memerlukan lahan yang luas tapi hasil produktivitasnya bisa memenuhi masyarakat sekitar. Sedangkan untuk wilayah Tapos sendiri sudah berjalan program mina padi dimana selain menanam padi masyarakat juga menanam ikan,” paparnya.
Disampaikan Nunu bahwa dirinya, akan terus melakukan berbagai upaya walaupun hasil yang didapat belum mencukupi kebutuhan untuk masyarakat Kota Depok secara keseluruhan.
“Kita akan terus berupaya karena memang sekali lagi lahan kita terbatas tetapi yang paling penting adalah bagaimana dengan lahan yang sedikit tetapi produktivitas terus bisa berjalan karena hasil panen kita hanya bisa memenuhi sekitar 1% untuk kebutuhan Kota Depok saja. Untuk itu perlu inovasi pertanian bagaimana lahan yang sempit bisa menghasilkan nilai ekonomi yang lebih tinggi, atau setidaknya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitarnya,” tandasnya. (yopi)
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKPPP) Nunu Heriyana mengatakan bahwa tidak menyangka sebelumnya kalau Pemerintah Kota terpilih untuk menerima penghargaan bergengsi tersebut, mengingat wilayah Kota Depok bukan sebagai daerah pertanian.
“Ini mengejutkan karena memang kami tidak mengetahui secara khusus tentang penilaian ini, namun rupanya tim penilai Sindonews memiliki kriteria tersendiri dan menganggap Kota Depok layak untuk menerima penghargaan sebagai Kota yang peduli akan ketahanan pangan,” jelasnya saat memberikan keterangan kepada awak media Wartadki.com di ruang kerjanya, Kamis (06/04).
Menurut Nunu, jumlah penduduk kota Depok setiap tahunnya mengalami pertumbuhan yang pesat dan tentu membutuhkan tempat pemukiman yang cukup. Untuk itu banyak lahan-lahan yang ada kemudian dijadikan perumahan. Namun demikian tidak menjadi alasan untuk terus melakukan inovasi di bidang pangan.
“Kita saat ini sedang mengembangkan dari pertanian konvensional ke pertanian perkotaan yang berbasis teknologi berdasarkan sumber daya lokalnya. Hal ini yang terus kita lakukan dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat dimana kita juga bekerja sama juga dengan balai pengkajian teknologi pertanian, yang memang mengurusi pertanian perkotaan,” ujarnya.
Lebih lanjut Nunu juga menjelaskan, bahwa tidak hanya teknologinya saja yang dikenalkan kepada masyarakat tetapi para petaninya pun mendapatkan pelatihan langsung.
“Tahun 2016 kita mengirimkan 100 orang petani untuk mengikuti pelatihan sistem intregasi tanaman dan ternak karena kan kita prinsipnya zero waste dimana kotoran ternaknya untuk pupuk dan sisa-sisa tanamannya untuk pakan ternak . Jadi dari sana kita terus kenalkan kepada para petani teknologinya,” paparnya.
Dikatakannya bahwa untuk di wilayah Kota Depok sendiri ada beberapa tempat yang memang dijadikan lahan percontohan untuk mengembangkan teknologi ini diantaranya di wilayah Ratu Jaya, Sawangan dan Tapos.
“Di Ratu Jaya kita buat percontohan sayuran dan kelinci, di Sawangan berupa integrasi sayuran dan ikan. Percontohan ini kita lakukan karena tidak memerlukan lahan yang luas tapi hasil produktivitasnya bisa memenuhi masyarakat sekitar. Sedangkan untuk wilayah Tapos sendiri sudah berjalan program mina padi dimana selain menanam padi masyarakat juga menanam ikan,” paparnya.
Disampaikan Nunu bahwa dirinya, akan terus melakukan berbagai upaya walaupun hasil yang didapat belum mencukupi kebutuhan untuk masyarakat Kota Depok secara keseluruhan.
“Kita akan terus berupaya karena memang sekali lagi lahan kita terbatas tetapi yang paling penting adalah bagaimana dengan lahan yang sedikit tetapi produktivitas terus bisa berjalan karena hasil panen kita hanya bisa memenuhi sekitar 1% untuk kebutuhan Kota Depok saja. Untuk itu perlu inovasi pertanian bagaimana lahan yang sempit bisa menghasilkan nilai ekonomi yang lebih tinggi, atau setidaknya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitarnya,” tandasnya. (yopi)