Warta DKI
EkonomiFitured

Indonesia Maritime Week (IMW) 2025: Mendorong Dekarbonisasi Industri Maritim Asia

Indonesia Maritime Week (IMW) 2025-ok

Wartadki.com|Jakarta, — Indonesia Maritime Week (IMW) 2025 telah menjadi tonggak sejarah bagi dunia kemaritiman Indonesia. Untuk pertama kalinya Indonesia menjadi tuan rumah sebuah ajang maritim berskala internasional yang menghadirkan para pemimpin, pakar, dan pelaku industri dari berbagai penjuru dunia.

Acara prestisius ini digelar selama tiga hari, dari tanggal 26 hingga 28 Mei 2025, di Jakarta Convention Center (JCC), dibuka secara resmi oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko Infrastruktur), Agus Harimurti Yudhoyono atau yang kerap disapa  AHY.

Dalam kesempatan tersebut Menko Infrastruktur sangat mengapresiasi acara ini dan mengingatkan ke semua peserta yang hadir bahwa leluhur kita orang Indonesia adalah pelaut, mengajak seluruh peserta untuk bernyanyi “nenek moyangku seorang pelaut”.

Selain menampilkan pameran seputar dunia kemaritiman, IMW juga menghadirkan berbagai forum diskusi yang membahas isu-isu penting di sektor maritim. Selama tiga hari pelaksanaan, total terdapat 10 panel forum yang diselenggarakan.

Salah satu forum yang paling menarik perhatian adalah Panel 6 pada hari Selasa, 27 Mei 2025, yang mengangkat tema “Decarbonizing Asia’s Maritime Industry”. Topik ini membahas upaya pengurangan polusi udara dan emisi karbon dioksida (CO₂) dalam industri maritim.

Panel ini dipandu oleh Guy Platten, Sekretaris Jenderal International Chamber of Shipping, dan menghadirkan empat panelis terkemuka, yaitu:

  1. Petrus Sumarsono – Principal Planner Deputy of Infrastructure di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
  2. Faty Khusumo – Wakil Ketua Indonesian National Shipowners’ Association sekaligus Penasihat PT Temas Tbk.
  3. Eka Suhendra – Direktur Perencanaan Bisnis PT Pertamina International Shipping.
  4. Lin Fuquan – Perwakilan China Classification Society dalam Asian Classification Society.

Panel ini menjadi sorotan karena isu dekarbonisasi tengah menjadi kampanye global dalam sektor maritim. Sejalan dengan target International Maritime Organization (IMO), industri maritim diharapkan mencapai zero emission pada tahun 2050.

Namun, tantangan besar masih dihadapi Indonesia, mengingat belum banyak perusahaan pelayaran yang mengoperasikan kapal berbahan bakar rendah emisi seperti LNG. Beberapa perusahaan baru memiliki kapal dengan sistem dual fuel.

Menurut Faty Khusumo, perwujudan dekarbonisasi bergantung pada pemanfaatan bahan bakar alternatif. Namun, tantangan utama terletak pada kesiapan teknologi, aspek keamanan, ketersediaan bahan bakar, dan investasi yang diperlukan. Ia juga menekankan pentingnya kesiapan infrastruktur pelabuhan dalam menyediakan bahan bakar alternatif.

Selain itu, Faty juga menyoroti tantangan dalam pelatihan kru kapal yang akan mengoperasikan kapal berbahan bakar alternatif. Ia menekankan pentingnya peningkatan kapasitas SDM untuk mengurangi kesenjangan keterampilan dengan negara lain.

Sementara itu Eka Suhendra menyampaikan bahwa Indonesia menargetkan pencapaian zero emission pada tahun 2060. Namun, menurut Ibu Faty, target tersebut bisa dicapai dalam waktu 10 hingga 15 tahun ke depan, asalkan seluruh elemen industri dan pemerintah bergerak bersama secara konkret.

Sebagai bentuk komitmen terhadap upaya dekarbonisasi, Ibu Faty mengumumkan bahwa PT Temas telah mengembangkan kapal rendah emisi, dan juga menjadi yang pertama di dunia dalam klasifikasi kapal bertenaga listrik berbahan bakar LNG dengan menggunakan ISO Tank.

Selain itu, PT Temas juga tengah membangun pusat pelatihan (Temas Training Hub) yang akan menyelenggarakan pelatihan pengoperasian dan penangangan kapal yang menggunakan gas, dan bahan bakar dengan flashpoint rendah lainnya sesuai standar IGF Code (International Code of Safety for Ships Using Gases or Other Low-Flashpoint Fuels).

Lin Fuquan menambahkan bahwa keberhasilan China dalam memperluas penggunaan kapal berbahan bakar alternatif tidak terlepas dari dukungan penuh pemerintahnya. Hal serupa diharapkan dapat terjadi di Indonesia.

Dengan terselenggaranya IMW 2025 dan diskusi-diskusi inspiratif seperti Panel 6, diharapkan industri maritim Indonesia dapat terus berkembang, lebih ramah lingkungan, dan berdaya saing tinggi di kancah global. Jalesveva Jayamahe — Di Laut Kita Jaya.  Demi Kemajuan Indonesia.  (Rufa)

Related posts

Mengapa Prabowo Hadir di APEC 2025? Membaca Arah Diplomasi Indonesia

Redaksi

Kejari Jakarta Utara Musnahkan Barang Rampasan Berkekuatan Hukum Tetap

Redaksi

Perkara 15 Kg Sabu, Hakim PN Jakut Selamatkan 4 WN Malaysia Dari Hukuman Mati

Redaksi

Halal Bihalal DMI Depok, Ajak DKM Mengelola Masjid Dengan Baik

Redaksi

NU Depok: Tadarus Budaya Ramadhan Pendekatan Dialog Budaya Memperkuat Persatuan

Redaksi

STKQ Al-Hikam Fokus Terus Kaji Manfaat Al-Qur’an Secara Mendalam

Redaksi

Leave a Comment