Wartadki.com |DKI Jakarta – Hari ke-2 Simposium Nasional Kebudayaan (SNK), Selasa (21/11) menghadirkan Sri Sultan HB X dan Prof. Dr. Mufti Mubarok sebagai pembicara dengan dipandu oleh Ibu Herawati sebagai moderator. Dengan penyampaian materi mengenai Pemberdaya-Gunaan Kearifan Lokal Dalam Memperkuat Semangat Kebangsaan, Sri Sultan menekankan arti penting mengenai pembangunan sebuah kelembagaan dan perilaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Kearifan lokal adalah sebuah hasil dari proses trial and error dari berbagai macam pengetahuan empiris maupun non-empiris, atau yang estetik maupun intuitif. Sains modern saat ini sudah sangat memanipulasi alam dan kebudayaan dengan menganggap nilai dan moralitas sebagai sebuah unsur yang tidak relevan dalam memahami ilmu pengetahuan. Sebaliknya kearifan lokal menolak dengan tegas terhadap kebudayaan teknologis, dan justru mengembalikan nilai dan moralitas sebagai pokok pengetahuan berdasarkan kebenaran pada ajaran-ajaran tradisional.
Dalam ajarannya bapak pendiri bangsa Indonesia, Bung Karno selalu mengatakan: “Belajarlah dari Sejarah”. Karena bangsa yang lupa akan sejarahnya, adalah bangsa yang hilang, dan rakyat yang tanpa masa lalu adalah rakyat yang tiada memiliki lagi Semangat Kebangsaan. Belajar dari sejarah disini bukan berarti hidup dalam bayang-bayang masa lalu, melainkan untuk memetik hikmah dari sejarah itu sendiri. Ada sebuah kutipan asing yang mengatakan “History repeats itself”, bila tidak belajar dari sejarah maka kita harus mengulang pelajaran yang sama, bahkan mungkin harus memulainya dari awal.
Dalam kehidupan berbangsa yang memiliki kemajemukan ini sebaiknya kita harus tetap menjaga agar budaya-budaya kita tidak menjadi kusut. Salah satu cara adalah dengan solidaritas sosial budaya yang saling menghargai (mutual respect) antar sesama terus digerakkan bersama dalam menumbuhkan sikap saling percaya (mutual trust), sehingga dikemudian hari dapat tercipta dialog budaya dengan saling berbagi sumber daya (resource sharing).(iwan)