Warta DKI
FituredOpini

Dalam Bayang Bencana, Indonesia Memperkuat Posisi Globalnya

Dalam Bayang Bencana, Indonesia Memperkuat Posisi Globalnya

Dalam Bayang Bencana, Indonesia Memperkuat Posisi Globalnya

Membaca Pertemuan Prabowo–Putin dari kacamata kebijakan luar negeri

Pertemuan Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow pada 10 Desember 2025 berlangsung ketika Indonesia masih berduka akibat banjir besar di Sumatra. Situasi ini memberi konteks emosional tersendiri bagi publik di tanah air, bahwa diplomasi tetap berjalan meski negeri sedang menghadapi bencana. Tidak ada keterangan resmi mengenai apakah isu banjir disinggung dalam pertemuan, namun dalam dinamika hubungan internasional, empati dan perhatian sering hadir dalam bentuk sikap, bukan selalu dalam pernyataan publik. Indonesia pun hadir di Moskow sebagai negara yang sedang memperkuat ketahanan domestiknya di tengah krisis iklim yang semakin menjadi pola berulang di berbagai wilayah.

Di Kremlin, pembicaraan kedua pemimpin, sebagaimana dirilis berbagai media internasional mencakup isu inti kepentingan ekonomi Indonesia: energi, pangan, dan pertahanan. Rusia menyampaikan kesiapan untuk bekerja sama dalam pengembangan energi nuklir apabila Indonesia memilih menggunakan keahlian teknis negara tersebut, sebuah sinyal bahwa diplomasi energi Indonesia mulai bergerak menuju strategi jangka panjang di tengah volatilitas harga energi global.

Pada sektor pangan, komitmen Rusia menjaga kelancaran ekspor gandum kembali menegaskan pentingnya diversifikasi sumber impor bagi Indonesia. Ketergantungan pada sedikit negara pemasok membuat Indonesia rentan terhadap gejolak harga dan gangguan pasokan. Berbagai bencana alam yang terjadi belakangan ini, termasuk banjir di Sumatra menunjukkan bahwa ketahanan pangan nasional tidak hanya ditentukan oleh suplai dari luar negeri, tetapi juga oleh kemampuan distribusi domestik menghadapi gangguan ekologis. Dalam kerangka ini, kerja sama pangan dengan Rusia dapat dipahami sebagai bagian dari upaya memperkuat pertahanan pangan Indonesia, terutama ketika tekanan global dan domestik muncul secara bersamaan.

Isu pertahanan yang turut menjadi bagian dari dialog juga memiliki dimensi ekonomi yang signifikan. Tidak semua detail kerja sama disebutkan secara publik, tetapi modernisasi industri pertahanan Indonesia sejak lama dikaitkan dengan upaya memperkuat teknologi strategis dan membuka basis produksi di dalam negeri. Dalam lanskap geopolitik yang berubah dan isolasi ekonomi yang dihadapi Rusia, posisi tawar Indonesia dalam kerja sama non-Barat cenderung meningkat. Hal ini memungkinkan Indonesia membuka ruang negosiasi tanpa meninggalkan prinsip bebas-aktif yang menjadi fondasi diplomasi luar negeri.

Akhirnya, pertemuan Moskow ini menggambarkan bagaimana Indonesia mencoba menata ulang arah kebijakan ekonomi dan diplomasi internasionanya. Ketika bencana ekologis menekan wilayah Sumatra dan dunia menghadapi ketidakpastian geopolitik, pemerintah memilih menggabungkan sensitivitas domestik dengan kalkulasi strategis di luar negeri. Prabowo dan Putin mungkin membahas energi, pangan, dan pertahanan dalam kerangka hubungan bilateral, namun makna yang lebih besar bagi Indonesia adalah bagaimana negara ini menempatkan dirinya di tengah perubahan global, bukan sebagai pengikut arus, melainkan sebagai pihak yang aktif merumuskan masa depannya sendiri. (Saskia Ubaidi)

 

Related posts

Satresnarkoba Polresta Barelang Berhasil Ungkap 4 Kurir Shabu Jaringan Internasional Malaysia-Batam

Redaksi

Jumat Curhat Tetap Melekat Dihati Masyrakat, Polres Bogor Siap Meneriman Curhattan

Redaksi

Ketua LBH Gerakan Advokat Dan Aktivis (Gaas) Dpc Kab. Bogor  Sulkam: Meningkatkan Program-Programnya Melalui Konsolidasi 

Redaksi

Polres Bogor Mulai Gelar Apel Operasi Patuh Lodaya 2023

Redaksi

Perkuat Integritas Pegawai, Kakanwil Tekankan Pengendalian Kinerja di Lapas Pemuda Madiun

Redaksi

Sidang Dugaan Pemalsuan Tanda Tangan Untuk Pengajuan Sertifikat Kembali Hadirkan Saksi-Saksi

Redaksi

Leave a Comment