BRICS 2025- Prabowo Tunjukkan Arah Baru Diplomasi Indonesia
( LaSasqi)
Bendera Merah Putih berkibar di antara deretan bendera 10 negara lainnya di kawasan Leblon, Rio de Janeiro. Pemandangan ini menandai kehadiran Indonesia secara resmi sebagai anggota penuh BRICS dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-17 yang digelar awal Juli 2025.
Mengawali forum internasional yang berlangsung di Museum Seni Modern (Museu de Arte Moderna/MAM) kawasan Flamengo, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva memberikan sambutan khusus kepada Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.
> “Selamat datang, khususnya untuk Presiden Prabowo Subianto yang untuk pertama kalinya hadir di KTT BRICS sebagai kepala negara,” ujar Lula da Silva.
Kehadiran Prabowo dalam KTT ini didampingi oleh sejumlah pejabat tinggi seperti Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Wamenlu Arrmanatha Nasir, Wamenkeu Thomas Djiwandono, dan Seskab Teddy Indra Wijaya. Indonesia tampil aktif dalam tiga sesi pleno yang digelar selama dua hari, menampilkan pandangan dan strategi diplomasi baru dari pemerintahan Prabowo.
Indonesia Jadi Pusat Perhatian
Tak hanya dalam forum formal, kehadiran Indonesia juga menjadi sorotan di ruang media internasional yang dipusatkan di gedung Vivo Rio. Sejumlah jurnalis Indonesia mendapat perhatian khusus, bahkan diwawancarai oleh media asing yang ingin mengetahui pandangan dari dalam negeri mengenai bergabungnya Indonesia sebagai anggota tetap BRICS.
Wartawan RTV dan TV One, misalnya, mendapat undangan wawancara dari tim media kepresidenan Brasil dan penyiar Jepang NHK. Media Kompas pun diminta pandangannya oleh jurnalis dari jaringan televisi Timur Tengah, Al Mayadeen.
> “Indonesia adalah kekuatan ekonomi baru yang akan memainkan peran penting dalam 20-30 tahun ke depan,” ujar Ali Hijazi, jurnalis Al Mayadeen. “Kehadiran Indonesia di BRICS bukan hanya simbolik, tapi strategis.”
Menyambung Jejak Sejarah Diplomasi
Langkah Indonesia menjadi anggota penuh BRICS bukan sekadar keputusan politik kekinian. Sejarah mencatat, sejak era Presiden Soekarno, Indonesia telah aktif membangun jaringan diplomatik global yang bebas dan berpihak pada perdamaian.
Pada tahun 1959, Bung Karno menjadi kepala negara Asia pertama yang berkunjung ke Brasil. Ia bahkan sempat menyampaikan pidato di Kongres Brasil yang kemudian menjadi sorotan media internasional. Lawatan ini terjadi hanya beberapa tahun setelah Indonesia sukses menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 1955.
Dari Bandung hingga Rio, spirit diplomasi Indonesia tetap terjaga, bebas aktif, menolak penjajahan, dan menjunjung tinggi kerja sama multilateral berbasis penghormatan terhadap kedaulatan negara.
Prabowo Usung Semangat Dasasila Bandung
Dalam pernyataannya di KTT BRICS, Presiden Prabowo menggarisbawahi pentingnya solidaritas global tanpa kehilangan kemandirian. Ia menegaskan sikap Indonesia yang tidak berpihak pada kekuatan besar mana pun, serta komitmen pada penyelesaian damai berbagai konflik, termasuk dukungan terhadap kemerdekaan Palestina dan stabilitas di Timur Tengah.
Pesan utama Prabowo perdamaian adalah prasyarat pembangunan. Kemajuan ekonomi bangsa tidak bisa dilepaskan dari stabilitas global dan hubungan internasional yang adil dan saling menghormati.
Melalui momentum ini, Indonesia meneguhkan posisinya di panggung global bukan sebagai pengikut, tetapi sebagai penggerak visi dunia yang lebih seimbang.